Seorang kakak beradik ini lahir dari perkampungan majusi. Adiknya berusia 35 tahun sedangkan sang kakak dua kali usia adiknya, yaitu lebih dari 70 tahun. Suatu hari mereka berdua meragukan agama yang mereka anut selama ini.
“Kakak, kita sudah seumur hidup menyembah api. Hari ini aku akan menguji tuhan kita ini apakah ia sebenarnya menjadi pelindungku atau tidak.”
Kemudian sang adik mendekatkan jarinya ke tengah-tengah api sembahannya itu, dan tentu saja jarinya terbakar serta kesakitan!
“Benarlah rupanya api bukan tuhan kita. Sebab tuhan tidak akan mencelakai hambanya! Mari kita masuk Islam saja. Aku pikir inilah agama yang benar!”
Mereka berdua akhirnya sepakat untuk menjadi mualaf. Karena waktu itu terjadi pada zaman tabi’in, maka mereka menemui Al-Imam Malik bin Dinar di negeri Basrah.
Saat tiba di kediaman Al-Imam Malik, sungguh mengejutkan dengan apa yang terjadi pada sang kakak karena ia mengurungkan niatnya,
“Adik, sepertinya aku tidak jadi masuk Islam. Lebih dari 70 tahun aku menyembah api, rasanya berat kalau aku harus meninggalkannya hari ini. Lagipula nanti penduduk desa majusi akan menghinaku.”
Akhirnya ia kembali pulang sedangkan adiknya mengucapkan syahadat dibimbing oleh Al-Imam Malik bin Dinar.
Saudaraku, begitulah manusia. Terkadang ia tahu sesuatu itu salah, tetapi ia tidak kuasa melepasnya hanya karena ia sudah lama melakukan hal itu.
Hendaknya kisah ini menjadi cermin bagi diri kita sendiri. Selama ini kita tidak pernah membaca Al-Quran, meskipun kita tahu hal ini salah tapi begitu berat kita mengubahnya hanya karena kita sudah lama seperti ini.
Sejak bertambah sibuk, kita tidak pernah lagi menghadiri masjid kecuali hanya shalat Jumat. Anehnya kita tetap tidak kuasa memperbaikinya karena merasa sudah bertahun-tahun hidup kita begini. Canggung saja rasanya kalau kita berubah.
Kebenaran itu sebenarnya mudah ditemukan. Perubahanlah yang sulit dilakukan. Semoga Allah memudahkan perbaikan diri kita menuju kebenaran.
Sumber : Ustadz Arafat
No comments: