Dilema Media Sosial




    “Teknologi is Amazing” itulah kutipan kata yang sering keluar ketika berbicara tentang teknologi, teknologi telah berperan sangat dalam dan sangat mengakar dalam kehidupan manusia, berkat teknologi banyak pekerjaan sulit, berat dan pekerjaan “Impossible” itu bisa diselesaikan. Teknologi telah membuat semua pekerjaan manusia menjadi instan, tanpa bergerak pun kita dapat merasakan begitu banyak pengalaman hanya dengan teknologi, seperti menonton video, bermain medsos, game , dan lain lain. Informasi bergerak begitu cepat dari berbagai penjuru dunia ke tempat kita. Hal ini memaksa manusia untuk selalu siap menghadapi perkembangan yang sangat pesat dari teknologi ini.

    Seperti hal lainnya, setiap sesuatu pasti ada efek Positif dan Negatif, begitu juga dengan teknologi, misalnya ketika Mobil ditemukan maka mempermudah manusia berpindah dari satu tempat ketempat lainnya walaupun jarak yang jauh menjadi mudah dan hemat energy, akan tetapi efek negatifnya adalah tewasnya manusia yang disebabkan oleh mobil itu sendiri yaitu kecelakaan. Apakah kecelakaan itu bisa dihindari? Tentu saja bisa, yatiu dengan patuh lalulintas, patuh rambu-rambu dan tetap berhati hati dalam mengendarainya.

    Begitulah gambaran kita ketika dalam bermedia sosial, Media Sosial yang pada awalnya hanya sebagai alat berbagi pengalaman dan bertukar informasi, namun seiring berjalannya waktu media soasial telah merubah tatanan dan kebudayaan manusia secara menyeluruh. Likers, Viewers, Followers, adalah tujuan kebanyakan manusia era modern khususnya generasi Millenial dan generasi Z berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Hal ini menimbulkan gengsi diantara setiap manusia yang sadar atau tidak sadar hal ini merubah mental, emosi dan perilaku manusia. Media sosial sekarang bisa merubah derajat sosial seseorang hanya dengan jumlah, followers, likers dan Viewers yang banyak, baik itu didunia maya maupun di reallife. Hal ini tentu berbeda dengan orang dulu dimana derajat sosial itu ditentukan oleh Ilmu, Gelar Pendidikan, Wawasan dan Jabatan hanya orang inilah yang bisa mengendalikan massa. Berbeda dengan sekarang dengan media sosial kita dapat mempengaruhi banyak orang (massa) dan kita bisa mengendalikannya inilah yang disebut dengan “The Power of Social Media” yang di era dibawah tahun 2010 kekuatan mengendalikan massa dipegang oleh Media resmi seperti Koran, Televisi dan Radio.

    Karena kebebasan yang diberikan oleh Media sosial, sekarang banyak pemikiran yang bebas “Liberal” bertebaran, konten konten negative juga bertebaran seperti pornography, konten yang bertentangan dengan nilai budaya dan adat lokal, konten kekerasan dan masih banyak lainnya. Hal ini tentu sangat berbahaya untuk manusia dan kebudayaan lokal, nilai nilai negative bagi suatu budaya berubah menjadi positif, seperti artis pornography yang di idolakan dan ahli dalam bidang kebaikan seperti ahli agama, pecinta kebudayaan itu “dibenci”.

    Tentu masalah sosial pun mulai muncul dan meningkat seiring dengan kemajuan teknologi media sosial, salah satunya adalah kesehatan Mental yang berkaitan dengan emosi dan perilaku. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2017) menyatakan bahwa depresi dan kecemasan merupakan gangguan jiwa umum yang prevalensinya paling tinggi. Lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia (3,6% dari populasi) menderita kecemasan. Sementara itu jumlah penderita depresi sebanyak 322 juta orang di seluruh dunia (4,4% dari populasi) dan hampir separuhnya berasal dari wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Depresi merupakan kontributor utama kematian akibat bunuh diri, yang mendekati 800.000 kejadian bunuh diri setiap tahunnya.

    Menurut catatan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2018), prevalensi gangguan emosional pada penduduk berusia 15 tahun ke atas, meningkat dari 6% di tahun 2013 menjadi 9,8% di tahun 2018. Prevalensi penderita depresi di tahun 2018 sebesar 6,1%. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi bunuh diri pada penduduk berusia 15 tahun ke atas sebesar 0,8% pada perempuan dan 0,6% pada laki-laki. Sementara itu prevalensi gangguan jiwa berat, skizofrenia meningkat dari 1,7% di tahun 2013 menjadi 7% di tahun 2018. Melalui pemantauan Aplikasi Keluarga Sehat pada tahuin 2015, sebanyak 15,8% keluarga mempunyai penderita gangguan jiwa berat . Jumlah tersebut belum diperhitungkan dari keseluruhan penduduk Indonesia karena pada tahun 2018 baru tercatat 13 juta keluarga.

    Hasil penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2019) menunjukkan bahwa depresi dan kecemasan menyebabkan kerugian ekonomi global sebesar 1 trilyun USD setiap tahunnya akibat hilangnya produktivitas sumberdaya manusia. Banyak hal yang mempengaruhi kesehatan mental tapi menurut Penelitian berjudul "A Tool to Help or Harm? Online Social Media Use and Adult Mental Health in Indonesia" ini menganalisis variabel instrumental data dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) 2014. Data itu didapat dengan mensurvei 22.423 orang yang berusia 20 tahun ke atas di 9987 rumah tangga dan 297 kabupaten di Indonesia. Studi ini melihat pengaruh media sosial meliputi Facebook, Twitter, obrolan atau chat terhadap kesehatan mental orang dewasa di Indonesia. Hasilnya, penelitian ini menyimpulkan penggunaan media sosial yang berlebihan berbahaya bagi kesehatan mental karena dapat menyebabkan depresi.

    Belum lagi kita berbicara peran politik dalam media sosial dan kita warga negara Indonesia telah melihat perpecahan yang ditimbulkan oleh media sosial seperti munculnya kubu cebong dan kampret, buzzers dan kadrun dan memainkan isu isu sensitive seperti rasisme, terorisme, radikalis, intoleransi dan extrimis, dan tentu hal tersebut membuat gaduh dalam kedamaian bernegara. Jadi media sosial bagaikan pedang bermata dua, kita harus berhati-hati menggunakannya jangan sampai yang tujuan awalnya adalah berbagi pengalaman dan bertukar Informasi menjadi tempat kita untuk menghancurkan hidup, karena banyak manfaat yang bisa diambil dari media sosial jadi diperlukan kebijaksanaan setiap individu dalam bermedia sosial.







Dilema Media Sosial Dilema Media Sosial Reviewed by hifarial on 00:53:00 Rating: 5

2 comments:

Powered by Blogger.