Depression is a Real Illnes

Secara klinis, istilah ilmiah depresi adalah gangguan depresi mayor atau major depression disorder. Istilah “gangguan depresi mayor” digunakan karena depresi adalah kumpulan gejala- gejala seperti sedih berkepanjangan, kehilangan minat akan aktivitas sehari-sehari, tidak bisa merasakan bahagia, merasa tidak berharga, insomnia, terjadi perubahan pola makan dan berat badan secara tiba-tiba, merasa tidak berenergi dan bergairah, tidak bisa berkonsentrasi, serta memiliki pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Kumpulan gejala ini dianggap tidak nyata dan tidak bisa diamati di tubuh. Oleh sebab itu, istilah gangguan (disorder) digunakan untuk menjelaskan depresi dibandingkan penyakit (disease/illness).

Namun, tidak sedikit akademisi dan praktisi di bidang kesehatan mental yang memilih untuk menyebut depresi sebagai illness. Illness dipilih karena depresi pada tahap ringan bisa tidak terdiagnosis tetapi tetap menggangu aktivitas seseorang sehari-hari. Selain itu, kata illness juga lebih erat kaitannya dengan penyakit fisik dibandingkan kata disorder. Bahkan, depresi juga bisa dianggap sebagai disease karena depresi juga memiliki landasan biologis dari gen, perubahan hormon, dan penyusutan pada struktur otak.

Istilah sickness tampaknya tidak terlalu digunakan, baik untuk gangguan fisik atau mental, karena terdengar sangat negatif. Orang yang dilabeli dengan sick (fisik ataupun mental) seolah-olah tidak tertolong lagi atau tidak berguna untuk masyarakat.

Menyebut Depresi sebagai Penyakit (Illness/Disease)

Walaupun secara klinis depresi disebut sebagai gangguan depresi mayor, para aktivis kesehatan mental sering menggunakan istilah mental illness dalam bahasa sehari-hari. Ini karena depresi muncul dari interaksi yang sangat kompleks antara nature dan nurture (faktor lingkungan dan bawaan). Interaksi nature dan nurture ini dapat digambarkan seperti depresi terkait faktor genetik, volume hipokampus dan amigdala di otak seseorang, serta perubahan hormonal pada tubuh dan pengalaman traumatis terkait dengan hubungan keluarga, pertemanan, rekan kerja, dan romantis.

Ketika menyebut depresi sebagai penyakit, dampak yang dihasilkan akan panjang, mulai dari dampak sosial di kalangan masyarakat hingga di level pembuat kebijakan. Contoh sederhana, jika seseorang bisa cuti bekerja karena batuk, pilek, atau demam, begitu pula ketika orang itu sedang mengalami depresi dan memiliki pikiran bunuh diri. Bila seseorang bisa menggunakan asuransi untuk berobat karena sakit fisik, seharusnya ia juga bisa menggunakannya untuk berkunjung ke psikiater atau psikolog.

Mari simak contoh berikut. Seorang mahasiswa yang mengalami patah tulang kaki bisa mendapatkan izin untuk mengikuti ujian susulan. Lalu, apabila ada seorang mahasiswa yang tidak bisa berkonsentrasi, tidak memiliki semangat hidup dan hanya memikirkan bunuh diri, apakah mereka tidak boleh izin dan harus mengikuti ujian?

Sebagian besar dari kita akan memberikan reaksi dan perlakuan yang berbeda. Orang yang sakit fisik akan langsung kita respons dengan menyuruhnya istirahat, tidak boleh memaksakan diri, dan mengambil waktu secukupnya untuk pemulihan. Sebaliknya, orang depresi bisa saja dianggap lemah dan cari perhatian ketika harus izin dari aktivitasnya.

Pada situasi sehari-hari inilah praktisi, aktivis, dan sebagian akademisi akan mengatakan, “Mental illness is an illness. Depression is a real illness.” (Penyakit mental adalah penyakit. Depresi adalah penyakit nyata). Sementara para praktisi memilih untuk menyatakan, “Mental illness is like any other illness." (Penyakit mental sama seperti penyakit lainnya). Kedua pernyataan ini digaungkan agar masyarakat bisa lebih menerima kondisi orang dengan depresi, tidak memberikan mereka stigma yang negatif, serta tidak menganggap depresi sebagai kekurangan atau kelemahan personal”.

Pada masa kini, edukasi mengenai depresi yang disejajarkan dengan penyakit fisik juga sudah meluas di berbagai media. Dalam film A Star is Born, ada satu dialog menarik yang disampaikan Aly (Lady Gaga) kepada suaminya, Jack (Bradley Cooper) yang malu karena kecanduan alkohol yang dideritanya. Sebelum sang suami menyampaikan kesedihannya, Aly memotong dan berkata “It's a disease,” sambil menggengam tangan Jack. Film itu berusaha mengatakan bahwa kecanduan alkohol juga merupakan penyakit karena memang ada orang-orang tertentu yang lebih rentan terhadap kecanduan.

Sama seperti orang yang memiliki asma, alergi debu, atau alergi makanan tertentu di gennya, orang-orang dengan depresi juga memiliki kerentanan itu di tubuh mereka. Bisa dikatakan bahwa setiap orang memang lahir dengan kerentanan dan ketangguhan mental yang "berbeda" . Kita tidak bisa memilih seperti apa kerentanan dan ketangguhan yang kita inginkan.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa depresi memang sebuah penyakit dan tidak ada satu orang pun yang memilih untuk mengalami depresi. Sama seperti penderita asma atau alergi, mereka tidak memilih untuk mengalaminya. Kita pun tidak akan mengatai mereka dengan kata “lemah” karena mudah sakit atau sangat sensitif. Karena sudah mengetahuinya, kita diharapkan bisa memaklumi orang dengan depresi seperti orang yang sedang sakit. Dengan demikian, stigma negatif di masyarakat akan depresi dapat berkurang.








Sumber :

Loving the Wounded Soul
(Ragis Machdy) 

© Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan ketigabelas : 2022



Depression is a Real Illnes Depression is a Real Illnes Reviewed by hifarial on 09:24:00 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.