PERTUKANGAN merupakan salah satu keahlian terpenting dan menjadi kebutuhan mendasar bagi bangunan peradaban. Materi utamanya adalah kayu. Allah SWT menjadikan segala eksistensi di dunia memiliki banyak manfaat bagi umat manusia yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendasar dan segala keperluannya. Salah satunya pohon. Pohon memiliki banyak kegunaan dan tidak terbatas sebagaimana telah dikenal banyak orang.
Salah satu manfaatnya adalah menjadikannya sebagai kayu ketika kering, untuk dijadikan sebagai bahan bakar bagi kehidupan mereka, sebagai tongkat untuk bersandar dan perlindungan atau pembelaan diri, dan kebutuhan-kebutuhan penting lainnya. Selain itu, kayu bisa juga digunakan sebagai tiang penyangga bagi bangunan ataupun segala sesuatu yang dikhawatirkan condong dan runtuh, serta berbagai kegunaan lainnya bagi masyarakat badui (Kampung) maupun masyarakat berperadaban dan hidup menetap.
Masyarakat badui (Kampung) biasa menggunakan kayu sebagai tiang pancang dan penyangga bagi kemah-kemah mereka, tempat muatan bagi tandu, tombak, dan panah bagi senjata mereka. Sedangkan bagi masyarakat yang sudah berperadaban, kayu dijadikan sebagai atap-atap rumah, daun-daun pintu, dan kursi-kursi tempat duduk mereka. Masing-masing dari kerajinan ini membutuhkan kayu sebagai materi utamanya.
Kayu-kayu tersebut tidak akan berproses menjadi barang-barang dan perkakas dengan sendirinya, kecuali lewat keahlian. Keahlian yang menjamin dan menghasilkan barang-barang tersebut adalah pertukangan dengan berbagai tingkat dan ketrampilan orang yang menekuninya. Si tukang kayu ini membutuhkan pengetahuan yang cukup untuk dapat memilah dan memilih kayu yang tepat, mungkin dengan kayu yang paling kecil ataukah dengan papan. Lalu potongan potongan kayu tersebut disusun berdasarkan sketsa gambar dari suatu kontruksi bangunan yang diinginkan.
Dalam pembuatan setiap perkakas dan barang-barang tersebut, potongan-potongan kayu tersebut dipersiapkan secara teratur hingga terbentuk menjadi bentuk khusus yang diinginkan. Orang yang menekuni keahlian ini disebut tukang kayu (An-Najjar). Pertukangan kayu ini sangat dibutuhkan dalam sebuah peradaban.
Apabila suatu peradaban makin menunjukkan kemajuan dan kejayaannya disertai dengan peningkatan kemakmuran masyarakatnya, mereka berusaha memperindah setiap barang-barang yang diinginkan seperti atap rumah, daun pintu, kursi ataupun tongkang. Untuk mempercantik perkakas-perkakas tersebut, dilakukanlah pemolesan dan penghiasan dalam keahlian tersebut untuk menghasilkan produk yang elok dan menampilkan berbagai produk langka yang termasuk dalam keahlian kemewahan dan bukan lagi kebutuhan mendasar. Misalnya memberikan hiasan garis-garis dan ukiran pada pintu rumah dan kursi, atau mempersiapkan potongan-potongan kayu untuk membuat kerucut yang diraut dan dibentuk. Kemudian potongan-potongan kayu tersebut disusun dengan ukuran tertentu dan disatukan dengan menggunakan paku, sehingga akan tampak seperti sesuatu yang utuh dan bukan sambungan. Seringkali barang-barang tersebut mempunyai bentuk-bentuk yang berbeda dan penuh keserasian. Barang-barang ini dibuat dari kayu hingga menjadi bentuk yang elok. Begitu juga dengan berbagai perkakas yang terbuat dari kayu, dan berbagai jenisnya.
Pembuatan kapal laut yang memerlukan papan dan paku membutuhkan keahlian ini. Kapal laut merupakan karya arsitektural yang dibuat mirip dengan ikan. Yakni berdasarkan kemampuannya berenang dalam air dengan ekor dan dadanya yang berada di antara kedua tulang selangkangnya agar bentuk semacam ini membuatnya lebih tangguh dan mampu menahan hantaman ombak. Kapal laut ini juga dilengkapi dengan alat yang berfungsi sebagai pengganti gerakan-gerakan ikan laut yang berfungsi menggerakkan angin. Terkadang juga dilengkapi dengan alat-alat pelontar batu atau mankanik seperti pada kapal-kapal perang.
Keahlian ini pada dasarnya sangat membutuhkan seperangkat pengetahuan teknik rekayasa bagi pembuatnya dalam berbagai segi. Sebab memindahkan imajinasi dari dunia energi menuju dunia materi secara tepat memerlukan pengetahuan teknik tentang ukuran-ukuran standarnya baik ukuran umum maupun khusus. Untuk mendapatkan ukuran tepat dan akurat memerlukan orang-orang yang mempunyai keahlian tentangnya, yaitu Al-Muhandis atau insinyur.
Karena itu, para pakar teknik Yunani merupakan pelopor utama keahlian ini. Euklides menulis buku berjudul Book of Principles yang dalam bahasa Arab berarti Al-Ushul atau prinsip-prinsip dalam bidang teknik yang merupakan tukang kayu ternama dan dengan profesi inilah ia dikenal. Ada pula Apollonius yang menulis buku Al-Makhruthat “Kerucut”, juga Menelaus, dan pakar-pakar lainnya.
Dalam sejarah terdapat keyakinan bahwa arsitek ternama dunia sekaligus peletak dasar bagi keahlian membuat kapal adalah Nabi Nuh AS. Dengan kemampuan tekniknya inilah Nabi Nuh AS membuat kapal penyelamat yang menjadi mukjizatnya dari terpaan topan dan gelombang yang maha dahsyat.
Informasi tentang ketrampilannya sebagai tukang kayu, meskipun mungkin terjadi, namun tidak tepat anggapan bahwa beliau sebagai orang pertama yang mengajarkan teknik pertukangan atau yang pertama mempelajarinya, karena tak satu pun petunjuk yang dapat membuktikannya karena jauhnya masa yang terentang.
Namun kita dapat mengambil pengertian -Wallahu A'lam- bahwa pertukangan merupakan salah satu keahlian tertua. Dengan alasan bahwa sebelum Nabi Nuh AS belum ada informasi tentang hal itu, sehingga disimpulkan bahwa Nabi Nuh AS adalah orang pertama yang mempelajarinya. Karena itu, pahamilah rahasia-rahasia arsitektural dalam membuat segala sesuatu.
Allah SWT adalah yang paling mengetahuinya, dan hanya kepada-Nya lah kita memohon pertolongan.
Peran Ahli Kayu dalam Peradaban Manusia
Reviewed by hifarial
on
03:59:00
Rating:
No comments: