Tindakan "Offensive" Membahayakan Negara



KETAHUILAH, kepentingan rakyat pada penguasanya bukan terletak pada fisiknya, dengan postur tubuh yang atletis dan wajah menawan berwawasan luas memiliki strategi yang baik, ataupun memiliki kecerdasan otak, tapi pada sejauhmana hubungan kooperatif antara dia dengan mereka, antara penguasa dengan rakyatnya.

Penguasa dan pemerintah yang berwenang merupakan kebutuhan-kebutuhan pelengkap yaitu korelasi relativitas antara dua perkara yang saling mendukung. Pemerintahan pada hakikatnya merupakan penguasa rakyat, yang mewakili dan memenuhi tuntutan kebutuhan-kebutuhan mereka.

Dengan demikian penguasa pemilik rakyat begitu juga sebaliknya. Sedangkan sifat yang dikenakan kepada penguasa atas mereka dinamakan kepemilikan dimana penguasa memiliki atau menguasai mereka. Apabila kepemilikan dan konsekuensi dari kepemilikan tersebut dijalankan dengan baik sesuai dengan aturan, maka tujuan dari dibentuknya pemerintahan dapat dicapai dengan lebih baik. Apabila kepemilikan tersebut dikelola dengan baik, maka kebaikan ini membawa kemaslahatan bagi rakyat, sedangkan apabila buruk dan bengis maka hal itu akan membahayakan mereka.

Kebaikan dalam kepemilikan adalah memperlakukannya dengan lemah lembut. Sebab apabila seorang penguasa bertindak bengis dan sewenang-wenang, dengan menerapkan berbagai sanksi berat, dan mencari-cari kesalahan rakyat dan dosa-dosa mereka, maka mereka akan diselimuti ketakutan kehinaan, dan cenderung berinteraksi dengannya dengan kedustaan, kemunafikan, dan tipu daya, hingga sifat-sifat buruk tersebut menjadi kebiasaan dan etika mereka. Pandangan mereka pun menyimpang, dan bahkan terkadang mereka mengkhianatinya dalam medan perang dan pembelaan Negara. Dengan begitu, tidak ada lagi kekuatan yang melindungi karena rusaknya niat mereka.

Terkadang mereka juga berkonspirasi untuk membunuhnya akibat kesewenang-wenangannya tersebut. Maka Negara pun akan hancur bersamaan dengan hancurnya kekuatan yang melindunginya. Jika kesewenang-wenangan dan kondisi yang tidak kondusif ini berlangsung dalam waktu lama atas mereka, maka fanatisme pun akan terkikis habis, sebagaimana telah kami kemukakan sebelumnya. Kekuatan yang melindunginya pun akan melemah sehingga tak dapat memberikan perlindungan.

Apabila seorang penguasa bersikap ramah dan lemah lembut terhadap mereka mudah memaafkan kesalahan-kesalahan mereka maka mereka pun merasa tentram dan nyaman karenanya setulus hati mencintainya dan rela berjuang hingga titik darah penghabisan untuk membelanya ketika dia harus memerangi orang-orang yang memusuhinya. Dengan sikap dan kebijakan yang demikian inl maka pemerintahan akan berjalan dengan baik dalam berbagai bidang.

Adapun manfaat positif dari kepemilikan atau pemerintahan yang baik adalah memberikan kenyamanan dan perlindungan terhadap rakyat. Mempertahankan kepemilikan merupakan hakikat kekuasaan yang sebenarnya. Sedangkan memberikan kenyamanan dan kebaikan kepada rakyat adalah dengan bersikap lemah-lembut dan ramah serta memerhatikan kesejahteraan mereka. Sikap ini merupakan kunci utama bagi penguasa untuk mendapatkan cinta rakyatnya.

Ketahuilah, keramahan dan kelembutan jarang sekali dimiliki orang yang memiliki kesadaran tinggi dan sangat cerdas. Keramahan dan kelembutan biasanya dimiliki oleh orang yang bodoh dan kurang memiliki kesadaran. Sebab orang yang cerdas akan membebani rakyatnya melebihi kemampuan dan kapasitas mereka, karena luasnya pengetahuan yang dimiliki hingga menjangkau perkara-perkara yang berada di luar jangkauan mereka, dan ia juga melihat jauh ke depan dari berbagai kemungkinan yang akan terjadi dari suatu tindakan yang dilakukan.

Karena itulah Rasulullah SAW bersabda, "Hendaklah kalian berjalan menelusuri jejak orang-orang yang paling lemah di antara kami”.

Dari kenyataan inilah maka syariat mensyaratkan penguasa untuk memiliki kecerdasan standar. Dasar dari pengambilan hukum ini adalah sebuah kisah dari Ziyad bin Abi Sufyan ketika Umar memberhentikannya secara tidak hormat dari kedudukannya sebagai walikota Irak, sehingga dia bertanya, "Wahai Amirul Mukminin apakah karena kelemahan ataukah pengkhianatanku?, maka anda memberhentikan aku?" Umar menjawab, “Aku tidak memberhentikanmu karena salah satu dari kedua motif tersebut, tapi karena aku tidak ingin membebani rakyat dengan kecerdasan pikiranmu."

Dari kisah ini, dapat diambil kesimpulan bahwa hendaknya seorang penguasa tidak memiliki kecerdasan yang berlebihan dan ketajaman pemikiran seperti yang terjadi pada Ziyad bin Abi Sufyan dan Amr bin Al-Ash. Karena kecerdasan dan pemikiran yang berlebihan akan melahirkan sikap bengis dan karakter yang buruk, serta membawa sesuatu pada situasi yang tidak semestinya. Hal ini akan kami bahas lebih lanjut pada akhir buku ini (Mukaddimah).

Allah adalah sebaik-baik penguasa.

Dari keterangan ini dapat kita simpulkan bahwa ketajaman otak dan kecerdasan merupakan cela bagi politisi. Sebab akan melahirkan pemikiran yang berlebihan, tidak sejalan dengan masanya. Sebagaimana kebodohan yang berlebihan juga menyebabkan stagnasi dan kemunduran. Kedua karakter ini bukanlah karakter yang baik bagi manusia.

Karakter terbaik dari manusia adalah yang sedang-sedang saja. Hal ini seperti sifat kedermawanan, yang berada di antara pemborosan dan kebakhilan. Begitu juga dengankeberanian, yangberada di antara tindakan nekad dan ketakutan. Dan berbagai karakter manusia lainnya.

Karena itulah, orang yang sangat cerdas dilukiskan sebagai sifat-sifat syetan atau yang sejenis seperti "disebut syetan" dan "menjelma menjadi syetan”, dan berbagai sebutan lainnya. Allah berkehendak menciptakan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya. Dialah Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Menguasai.









Sumber

Judul         : Mukaddimah Ibnu Khladun ( Terjemahan Indonesia) 
Penerbit    : Pustaka Al Kautsar
Cetakan    : Pertama, Maret 2011

Tindakan "Offensive" Membahayakan Negara Tindakan "Offensive" Membahayakan Negara Reviewed by hifarial on 01:48:00 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.